Sanghyang Manikmaya
Kahyangan
Jonggring Saloka kelihatan suram. Para Dewa dan Dewi hatinya
miris.melihat perkelahian dua orang putra Sanghyang Tunggal di perbu
kitan. Siapakah mereka sebenarnya.
Mereka adalah putra putra Sanghyang Tunggal. Dari Dewi Rekatawati, Sanghyang Tunggal memperoleh tiga orang anak kembar yang berasal dari sebuah telur. Mereka adalah Sanghyang Antaga berasal dari kulit telur, Sanghyang Ismaya berasal dari putih telur dan Sanghyang Manikmaya berasal dari kuning telur. Disuatu hari Sanghyang Tunggal memanggil ketiga anaknya unuk menentukan siapa satu diantara mereka yang paling pantas menggantikan kedudukan Sanghyang Tunggal sebagai Raja Dewa. Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya, merasa paling tua dan merasa paling pantas menggantikan kedudukan ayahanda Sanghyang Tunggal sebagai Raja Dewa.
Maka terjadilah perselisihan antara keduanya. Sanghyang Tunggal memerintahkan keduanya yang sedang berselisih untuk keluar dari istana. Mereka masih berkelahi dengan hebatnya. Keduanya mengeluarkan segala ajian dan benda pusaka yang dimilikinya. Keduanya sama-sama sakti. Akhirnya Sanghyang Ismaya menantang Sanghyang Antaga untuk menelan sebuah bukit.
Tantangan Sanghyang Ismaya dilayaninya, Sanghyang Antaga mencoba menelan bukit itu. Melihat Antaga berusaha menelan bukit, Sanghyang Ismaya menjadi cemas. Ia segera merebut bukit yang hampir masuk keperut Sanghyang Antaga, dan ditelannya bukit itu bulat-bulat.
Apa yang terjadi pada mereka. Ketampanan Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya berubah menjadi menjadi buruk rupa, seorang yang mulutnya lebar,perutnya agak buncit, sedangkan yang lain mulutnya menjadi lebar dan perutnya buncit besar sekali.
Mereka itulah Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya yang sekarang. Keduanya menghadap ayahandanya dan mohon ampun atas kekhilafannya. Sanghyang Tunggal tak bias berbuat apa-apa, karena semuanya sudah kehendak dewa. Sanghyang Tunggal akhirnya memberi nama baru. Sanghyang Antaga menjadi Togog sadangkan Sanghyang Ismaya, menjadi Semar.
Sanghyang Tunggal akhirnya menentukan Sanghyang Manikmaya menjadi Raja Dewa. Karena Sanghyang Manikmaya bertempat tinggal di Tengguru, maka Sanghyang Manikmaya disebut juga Sanghyang Guru atau Bathara Guru. Juga ada sebutan lain, Sanghyang Permesti Guru, Sanghyang Otipati. Antaga dan Semar mendapat tugas untuk menjadi pendamping Sanghyang Manikmaya. Belum berapa lama Sanghyang Manikmaya memerintah Tribawana,
Sanghyang Manikmaya sombong,congkak dan angkuh. Kedua saudaranya Togog dan Semarpun telah menasehati, tetapi sikap Sanghyang Manikmaya tetap tidak berubah. Kesombongan Sang Manikmaya terdengar oleh Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal memberikan hukuman, bahwa nanti pada saatnya Sanghyang Manikmaya akan bertangan empat, berkaki kecil, berleher biru dan bergigi taring. Sanghyang Manikmaya terduduk dan bersimpuh dihadapan ayahandanya dan mohon ampun dan bertobat. Sanghyang Tunggal memberikan ampun atas kesalahan anaknya,
Sanghyang Manikmaya, namun tidak bias merubah hukuman, karena semuanya sudah kekendak dewa. Untuk Antaga dan Semar ,Sanghyang Tunggal berpesan agar nanti pada saatnya Semar dan Togog turun ke Arcapada, Semar mendapat tugas menjadi pamong para kesatria berbudi luhur sedangkan Togog mendapat tugas menjadi pamong para Raja Raksasa yang berkelakuan jahat.Beberapa hari kemudian Suralaya mulai mendapat gangguan, terutama para jin mencoba untuk menjatuhkan Sanghyang Manikmaya dari singgasananya. Raja Jin Prabu Kala Mercu menyerang Kahyangan, Semar dan Togog tidak mampu mengalahkan Prabu Kala Mercu. Beberapa bangunan Kahyangan mengalami kerusakan. Sanghyang Manikmaya mencoba menghentikan serangannya. Namun Prabu Kala Mercu terus mendesak mundur Sanghyang Manikmaya sampai ke daerah bebatuan.Lawan Sanghyang Manikmaya memang lebih kuat.
Akhirnya Sanghyang Manikmaya terperosok dalam tumpukan batu cadas.Sanghyang Manikmaya merasa kesakitan. Sanghyang Manikmaya mengeluarkan aji kemayan, sehingga lawannya dapat dilumpuhkan. Sanghyang Manikmaya keluar dari tumpukan batu cadas. Sayang kedua kaki Sanghyang Manikmaya menjadi kecil. Karena kakinya kecil, maka Sanghyang Manikmaya disebut pula Sanghyang Lengin.
Prabu Kala Mercu minta ampun dan bertobat. Sebagai tanda telah bertobat, maka Prabu Kala Mercu berjanji akan memberikan kursi singgasana dampar kencana miliknya kepada Sanghyang Manikmaya. Sebuah singgasana yang teramat indah. Prabu Kala Mercu kembali ke negerinya, kembali kenegerinya, dan kembali ke Kahyangan Jonggringsalaka, dengan membawa dampar singgasana yang teramat indah, yang bernama Mercukunda, yang menjadi kesayangan Prabu Kala Mercu.Setelah menyerahkan dampar singgasana itu, Prabu Kala Mercu berpamitan kepada Sanghyang Manikmaya, dan kembali ke negerinya.
Kahyangan Jonggring Saloka mengalami ketenangan kembali,Namun ternyata masih ada yang mengusiknya. Putra-putra Raja Jin Pattani dari Negeri Dahulagiri, Cingkarabala, Balaupata dan adiknya yang berujud lembu,Lembu Andana meyerang Kahyangan. Serangan ini langsung disambut oleh Sanghyang Manikmaya.
Sanghyang Manikmaya langsung mengeluarkan aji Kemayannya sehingga ketiga anak Raja Pattani itu pun lemas tidak berdaya. Mereka minta ampun pada Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Manikmaya pun memberikan ampun. Tetapi meminta kepada Cingkarabala dan Balaupata serta Lembu Andana tetap tinggal di Kahyangan Jonggring Saloka.
Mereka mendapat tugas dari Sanghyang Manikmaya. Cingkarabala dan Balaupata ditugaskan menjaga pintu Kahyangan Gerbang Selamatangkep. Gerbang Selamatangkep akan membuka sendiri, apabila ada orang yang mau masuk dengan niat baik dan Gerbang Selamatangkep tidak akan membuka apabila orang yang mau masuk berniat tidak baik.Sedangkan Lembu Andana diganti nama menjadi Lembu Andini, menjadi tunggangan Sanghyang Manikmaya dan selalu siap sewaktu-waktu dibutuhkan.
Ketiga putra Raja Jin Pattani merasa senang dengan perintah Sanghyang Manikmaya. Dua anak Raja Gandarwa datang mencari keberuntungan pula. Mereka mencoba menjatuhkan Sanghyang Manikmaya dari singgasana Raja Dewa. Mereka berhasil menjebol Pintu Selamatangkep. Keduanya disambut oleh Semar. Dengan kentut sakti nya Sanghyang Munget, demikian nama lain sebutan Sanghyang Ismaya, kedua anak jin Gandarwa itu bias dilumpuhkan. Kedua jin gandarwa minta ampun dan bertobat pada Semar.
Mereka berdua ingin mengabdi pada Semar. Semar merasa senang, mereka bisa menemaninya apabila kelak ia harus tutun ke Arcapada. Kedua jin gandarwa itu diangkat menjadi anaknya.Mereka diberi nama Gareng dan Petruk.Dalam sunggingan wayang kulitnya, Gareng digambarkan seorang manusia yang bertubuh pendek, tangan kiri cekot dan kaki kanan nya gejig dan mata juling., Maksudnya, tangan cekot menggambarkan kalau Gareng orang yang jujur tidak mau mengambil yang bukan haknya. Kaki gejig menggambarkan Gareng tidak pernah pergi ketempat-tempat maksiat.sedangkan mata juling, Gareng tidak ingin melihat kemaksiatan.
Mereka adalah putra putra Sanghyang Tunggal. Dari Dewi Rekatawati, Sanghyang Tunggal memperoleh tiga orang anak kembar yang berasal dari sebuah telur. Mereka adalah Sanghyang Antaga berasal dari kulit telur, Sanghyang Ismaya berasal dari putih telur dan Sanghyang Manikmaya berasal dari kuning telur. Disuatu hari Sanghyang Tunggal memanggil ketiga anaknya unuk menentukan siapa satu diantara mereka yang paling pantas menggantikan kedudukan Sanghyang Tunggal sebagai Raja Dewa. Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya, merasa paling tua dan merasa paling pantas menggantikan kedudukan ayahanda Sanghyang Tunggal sebagai Raja Dewa.
Maka terjadilah perselisihan antara keduanya. Sanghyang Tunggal memerintahkan keduanya yang sedang berselisih untuk keluar dari istana. Mereka masih berkelahi dengan hebatnya. Keduanya mengeluarkan segala ajian dan benda pusaka yang dimilikinya. Keduanya sama-sama sakti. Akhirnya Sanghyang Ismaya menantang Sanghyang Antaga untuk menelan sebuah bukit.
Tantangan Sanghyang Ismaya dilayaninya, Sanghyang Antaga mencoba menelan bukit itu. Melihat Antaga berusaha menelan bukit, Sanghyang Ismaya menjadi cemas. Ia segera merebut bukit yang hampir masuk keperut Sanghyang Antaga, dan ditelannya bukit itu bulat-bulat.
Apa yang terjadi pada mereka. Ketampanan Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya berubah menjadi menjadi buruk rupa, seorang yang mulutnya lebar,perutnya agak buncit, sedangkan yang lain mulutnya menjadi lebar dan perutnya buncit besar sekali.
Mereka itulah Sanghyang Antaga dan Sanghyang Ismaya yang sekarang. Keduanya menghadap ayahandanya dan mohon ampun atas kekhilafannya. Sanghyang Tunggal tak bias berbuat apa-apa, karena semuanya sudah kehendak dewa. Sanghyang Tunggal akhirnya memberi nama baru. Sanghyang Antaga menjadi Togog sadangkan Sanghyang Ismaya, menjadi Semar.
Sanghyang Tunggal akhirnya menentukan Sanghyang Manikmaya menjadi Raja Dewa. Karena Sanghyang Manikmaya bertempat tinggal di Tengguru, maka Sanghyang Manikmaya disebut juga Sanghyang Guru atau Bathara Guru. Juga ada sebutan lain, Sanghyang Permesti Guru, Sanghyang Otipati. Antaga dan Semar mendapat tugas untuk menjadi pendamping Sanghyang Manikmaya. Belum berapa lama Sanghyang Manikmaya memerintah Tribawana,
Sanghyang Manikmaya sombong,congkak dan angkuh. Kedua saudaranya Togog dan Semarpun telah menasehati, tetapi sikap Sanghyang Manikmaya tetap tidak berubah. Kesombongan Sang Manikmaya terdengar oleh Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal memberikan hukuman, bahwa nanti pada saatnya Sanghyang Manikmaya akan bertangan empat, berkaki kecil, berleher biru dan bergigi taring. Sanghyang Manikmaya terduduk dan bersimpuh dihadapan ayahandanya dan mohon ampun dan bertobat. Sanghyang Tunggal memberikan ampun atas kesalahan anaknya,
Sanghyang Manikmaya, namun tidak bias merubah hukuman, karena semuanya sudah kekendak dewa. Untuk Antaga dan Semar ,Sanghyang Tunggal berpesan agar nanti pada saatnya Semar dan Togog turun ke Arcapada, Semar mendapat tugas menjadi pamong para kesatria berbudi luhur sedangkan Togog mendapat tugas menjadi pamong para Raja Raksasa yang berkelakuan jahat.Beberapa hari kemudian Suralaya mulai mendapat gangguan, terutama para jin mencoba untuk menjatuhkan Sanghyang Manikmaya dari singgasananya. Raja Jin Prabu Kala Mercu menyerang Kahyangan, Semar dan Togog tidak mampu mengalahkan Prabu Kala Mercu. Beberapa bangunan Kahyangan mengalami kerusakan. Sanghyang Manikmaya mencoba menghentikan serangannya. Namun Prabu Kala Mercu terus mendesak mundur Sanghyang Manikmaya sampai ke daerah bebatuan.Lawan Sanghyang Manikmaya memang lebih kuat.
Akhirnya Sanghyang Manikmaya terperosok dalam tumpukan batu cadas.Sanghyang Manikmaya merasa kesakitan. Sanghyang Manikmaya mengeluarkan aji kemayan, sehingga lawannya dapat dilumpuhkan. Sanghyang Manikmaya keluar dari tumpukan batu cadas. Sayang kedua kaki Sanghyang Manikmaya menjadi kecil. Karena kakinya kecil, maka Sanghyang Manikmaya disebut pula Sanghyang Lengin.
Prabu Kala Mercu minta ampun dan bertobat. Sebagai tanda telah bertobat, maka Prabu Kala Mercu berjanji akan memberikan kursi singgasana dampar kencana miliknya kepada Sanghyang Manikmaya. Sebuah singgasana yang teramat indah. Prabu Kala Mercu kembali ke negerinya, kembali kenegerinya, dan kembali ke Kahyangan Jonggringsalaka, dengan membawa dampar singgasana yang teramat indah, yang bernama Mercukunda, yang menjadi kesayangan Prabu Kala Mercu.Setelah menyerahkan dampar singgasana itu, Prabu Kala Mercu berpamitan kepada Sanghyang Manikmaya, dan kembali ke negerinya.
Kahyangan Jonggring Saloka mengalami ketenangan kembali,Namun ternyata masih ada yang mengusiknya. Putra-putra Raja Jin Pattani dari Negeri Dahulagiri, Cingkarabala, Balaupata dan adiknya yang berujud lembu,Lembu Andana meyerang Kahyangan. Serangan ini langsung disambut oleh Sanghyang Manikmaya.
Sanghyang Manikmaya langsung mengeluarkan aji Kemayannya sehingga ketiga anak Raja Pattani itu pun lemas tidak berdaya. Mereka minta ampun pada Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Manikmaya pun memberikan ampun. Tetapi meminta kepada Cingkarabala dan Balaupata serta Lembu Andana tetap tinggal di Kahyangan Jonggring Saloka.
Mereka mendapat tugas dari Sanghyang Manikmaya. Cingkarabala dan Balaupata ditugaskan menjaga pintu Kahyangan Gerbang Selamatangkep. Gerbang Selamatangkep akan membuka sendiri, apabila ada orang yang mau masuk dengan niat baik dan Gerbang Selamatangkep tidak akan membuka apabila orang yang mau masuk berniat tidak baik.Sedangkan Lembu Andana diganti nama menjadi Lembu Andini, menjadi tunggangan Sanghyang Manikmaya dan selalu siap sewaktu-waktu dibutuhkan.
Ketiga putra Raja Jin Pattani merasa senang dengan perintah Sanghyang Manikmaya. Dua anak Raja Gandarwa datang mencari keberuntungan pula. Mereka mencoba menjatuhkan Sanghyang Manikmaya dari singgasana Raja Dewa. Mereka berhasil menjebol Pintu Selamatangkep. Keduanya disambut oleh Semar. Dengan kentut sakti nya Sanghyang Munget, demikian nama lain sebutan Sanghyang Ismaya, kedua anak jin Gandarwa itu bias dilumpuhkan. Kedua jin gandarwa minta ampun dan bertobat pada Semar.
Mereka berdua ingin mengabdi pada Semar. Semar merasa senang, mereka bisa menemaninya apabila kelak ia harus tutun ke Arcapada. Kedua jin gandarwa itu diangkat menjadi anaknya.Mereka diberi nama Gareng dan Petruk.Dalam sunggingan wayang kulitnya, Gareng digambarkan seorang manusia yang bertubuh pendek, tangan kiri cekot dan kaki kanan nya gejig dan mata juling., Maksudnya, tangan cekot menggambarkan kalau Gareng orang yang jujur tidak mau mengambil yang bukan haknya. Kaki gejig menggambarkan Gareng tidak pernah pergi ketempat-tempat maksiat.sedangkan mata juling, Gareng tidak ingin melihat kemaksiatan.
Sanghyang Manikmaya hatinya gundah. Ia telah menerima hukuman dari Sanghyang Tunggal hingga kakinya menjadi kecil. Ia harus menunggu tiga hukuman lagi yang belum diberikan. Ia sangat takut. Untuk menghilangkan rasa cemas yang berkelebihan, ia harus bisa melupakannya.
Sanghyang
Manikmaya pergi menghibur diri diluar Kahyangan. Dengan mengendarai
Lembu Andini Sanghyang Manikmaya menuju Marcapada. Ditengah perjalanan
Sanghyang Manikmaya merasakan dahaga. Sampailah Sanghyang Manikmaya di
sebuah sendang, yang airnya sejuk. Sanghyang Manikmaya menangkupkan
kedua tangannya, mengambil air dan meminumnya. Sanghyang Manikmaya
terkejut ketika air yang diminumnya dirasakan beracun. Untung saja
dengan kesaktian Sanghyang Manikmaya, air beracun itu dapat di
muntahkan, Tetapi lehernya menjadi biru. Karena lehernya biru Sanghyang
Manikmaya pun dikenal dengan sebutan Sanghyang Nilakanta.Sanghyang
Manikmaya kembali ke kahyangan.
Manikmaya kembali ke kahyangan.
Sementara itu, Kahyangan Jonggring Saloka bagai diguncang gempa. Gunung Candradimuka menge luarkan hawa panas. Sanghyang Manikmaya dengan mengendarai Lembu Andini memeriksa keadaan Kahyangan dan sekitarnya. Di tengah samodra, terlihat seorang pemuda yang sedang bertapa diatas air laut yang menggelora. Ia bernama Kanekaputra, putera Sanghyang Caturkaneka, cucu Sanghyang Darmajaka. Ia bermaksud mohon kemurahan dewa utnuk mengangkat dirinya sebagai punggawa
dewa. Ia ingin menjadi dewa.
Sanghyang Manikmaya tertarik dengan keinginan Kanekaputra,namun sebelumnya diberikannya bermacam-macam pertanyaan kepada Kanekaputra. Kanekaputra bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan Sanghyang Manikmaya dengan tepat. Akhirnya Sanghyang Manikmaya mengakui kepandaian Kanekaputra dan diajaknya ke Kahyangan.
Di Kahyangan ia diangkat menjadi bayan dewa. Dalam melaksanakan tugas Kanekaputra selalu melucu atau melawak, Sehingga Sanghyang Manikmaya lama-lama risih juga. Oleh karena itu Kanekaputra yang tampan itu diubahnya menjadi bertubuh pendek gemuk, berwajah seperti pelawak dan kalau jalan selalu melihat keatas. Ya, karena Kanekaputra diubah menjadi orang yang pendek, sehingga kalau bicara dengan orang lain harus melihat keatas.
Ya, bayangkan saja ia mungkin sebesar tempayan. Sanghyang Manikmaya memberikan nama baru bagi Kanekaputra dengan sebutan Bathara Narada. Namun Sanghyang Manikmaya selalu lupa menyebut Bathara Narada, ia sering menyapanya dengan Resi Kanekaputra
.
Sementara
itu di Negeri Merut, tinggalah Saudagar Umaran dan istrinya, Dewi
Nurweni. Mereka merasa sangat bahagia karena sebentar lagi akan
mendapatkan seorang anak yang sudah lama didambakannya. Dewi Nurweni
merasa sudah saatnya melahirkan.
Tiada beberpa lama kemudian , lahirlah sang bayi. Namun ajaib, bayi itu bersinar terang menyilaukan mata. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni terperanjat. Mereka lebih terperanjat lagi ketika bayinya bisa melayang. Tiba-tiba bayi keluar dari kamar,kemudian keluar dari rumah dan melayang di angkasa raya.Saudagar Umaran dan istrinya Dewi Nurweni segera mengejarnya.Ternyata Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni cukup tinggi ilmunya, merekapun terbang mengejar bayinya ke angkasa.
Tiada beberpa lama kemudian , lahirlah sang bayi. Namun ajaib, bayi itu bersinar terang menyilaukan mata. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni terperanjat. Mereka lebih terperanjat lagi ketika bayinya bisa melayang. Tiba-tiba bayi keluar dari kamar,kemudian keluar dari rumah dan melayang di angkasa raya.Saudagar Umaran dan istrinya Dewi Nurweni segera mengejarnya.Ternyata Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni cukup tinggi ilmunya, merekapun terbang mengejar bayinya ke angkasa.
Bayi
itu melayang-layang diangkasa dan menuju Suralaya tempat para dewa
bersemayam. Bayi terus melayang dan mencapai Gerbang Selamatangkep.
Cingkarabala dan Balaupata, penjaga Gerbang Selamatangkep. mencoba
menghadang bayi ajaib agar tidak memasuki Suralaya.
Namun bayi itu terus melaju masuk ke Suralaya. Sanghyang Manikmaya melihat ada cahaya yang menyilaukan mata, memasuki Suralaya. Sanghyang Manikmaya mencoba menangkap bayi itu, namun selalu lepas. Sanghyang Manikmaya akhirnya dengan mata batinnya minta pertolongan pada Sanghyang Tunggal, ayahandanya.
Tiba-tiba saja tangan Sanghyang Manikmaya bertambah menjadi empat. Karena Sanghyang Manikmaya mempunyai empat tangan, maka ia disebut juga Sanghyang Caturboja. Dengan kekuatan luar biasa Sanghyang Manikmaya menangkap bayi itu. Bayi itu terlepas dari satu tangan namun dapat ditangkap tangan yang lain,demikian bergantian tangan itu menangkap bayi itu. Sanghyang Manikmaya tidak sabar lagi, ia menggunakan aji kemayannya.
Sanghyang Manikmaya menjadi terkejut ketika mengetahi bayi yang ditangkapnya telah berubah menjadi seorang wanita yang cantik jelita.Kedua orang tua sang bayi pun mengetahui kejadiannya. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni pasrah atas kejadian ini pada Sanghyang Manikmaya.Sanghyang Manikmaya melihat gadis dihadapannya merasa jatuh cinta.
Kepada Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni, anak itu diminta untuk dijadikan istrinya.Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni pun menyetujui permintaan Sanghyang Manikmaya. Gadis itu oleh Saudagar Umaran diberi nama Dewi Uma. Sanghyang Manikmaya merasa bahagia bersanding dengan Dewi Uma yang sangat di cintainya. Dari perkawinannya dengan Dewi Uma. Sanghyang Manikmaya mendapatkan beberapa anak. anak :
Namun bayi itu terus melaju masuk ke Suralaya. Sanghyang Manikmaya melihat ada cahaya yang menyilaukan mata, memasuki Suralaya. Sanghyang Manikmaya mencoba menangkap bayi itu, namun selalu lepas. Sanghyang Manikmaya akhirnya dengan mata batinnya minta pertolongan pada Sanghyang Tunggal, ayahandanya.
Tiba-tiba saja tangan Sanghyang Manikmaya bertambah menjadi empat. Karena Sanghyang Manikmaya mempunyai empat tangan, maka ia disebut juga Sanghyang Caturboja. Dengan kekuatan luar biasa Sanghyang Manikmaya menangkap bayi itu. Bayi itu terlepas dari satu tangan namun dapat ditangkap tangan yang lain,demikian bergantian tangan itu menangkap bayi itu. Sanghyang Manikmaya tidak sabar lagi, ia menggunakan aji kemayannya.
Sanghyang Manikmaya menjadi terkejut ketika mengetahi bayi yang ditangkapnya telah berubah menjadi seorang wanita yang cantik jelita.Kedua orang tua sang bayi pun mengetahui kejadiannya. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni pasrah atas kejadian ini pada Sanghyang Manikmaya.Sanghyang Manikmaya melihat gadis dihadapannya merasa jatuh cinta.
Kepada Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni, anak itu diminta untuk dijadikan istrinya.Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni pun menyetujui permintaan Sanghyang Manikmaya. Gadis itu oleh Saudagar Umaran diberi nama Dewi Uma. Sanghyang Manikmaya merasa bahagia bersanding dengan Dewi Uma yang sangat di cintainya. Dari perkawinannya dengan Dewi Uma. Sanghyang Manikmaya mendapatkan beberapa anak. anak :
1. Bathara Sambu,
2. Bathara Brahma,
3. Bathara Indra
4. Bathara Bayu
5. Bathara Wisnu.
6. Bathara Kala
7. Bathara Dewasrani
8. Bathara Gana (Ganesya)
Bathara
Gana, seorang Dewa berkepala gajah. Hal ini terjadi ketika Dewi Uma
yng sudah bertukar raga itu sedang hamil, ada seekor gajah putih
mengamuk dikayangan Jonggring Saloka.
Sehingga Dewi Uma merasa ketakutan, Ketika bayinya lahir berujut seorang bayi berkepala gajah.
Sementara itu dari istrinya dewi Senggani,Sanghyang Ismaya berputra :
1. Bathara Wungkuhan
2. Bathara Surya
3. Bathara Candra
4. Bathara Temburu
5. Bathara Siwah
6. Bathara Kuwera
7. Bathara Yamadipati
8. Bathara Kamajaya
9. Bathara Wrahaspatii
10. Bathari Darmanastiti
Dalam versi lain, Sanghyang Ismaya memiliki putera bernama Bathara Mahyanti(Mahayekti) dan Bathara Patuk, namun tidak menambah jumlah putera Sanghyang Ismaya, jadi jumlah putera Sanghyang Ismaya tetap 10, dengan meniadakan dua yang lainnya. Bathara Temburu dalam melaksanakan tugas selalu bersama dengn Bathara Patuk.Namun ada sebagian pencinta wayang berpendapat, bahwa Bathara Patuk dan Temburu, merupakan nama satu orang, sehingga mereka menyebut mengatakan Bathara Patuk Temburu. Demikian pula Bathara Penyarikan yang mempunyai tugas yang strategis, yaitu mencatat segala kejadian yang akan terjadi pada setiap manusia, baik jodohnya, maupun tanggal kematiannya. Ternyata Bathara Penyarikan belum ada silsilahnya. Mohon koreksi bila ada yang lebih mengetahui hal ini dan mohon saran serta masukan.
Anak Sanghyang Ismaya yang bernama Bathara Kamajaya atau Bathara Kumajaya bersama dengan Dewi Ratih atau Dewi Kumaratih anak Sanghyang Soma, sedangkan Sanghyang Soma putera Sanghyang Pancaresi, masih keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Bathara Kamajaya menjadi perlambang laki laki yang tampan sedangkan Dewi Kamaratih adalah perlambang seorang wanita yang cantik jelita. Dalam adat Jawa upacara 7 bulan kehamilan, terdapat kelengkapan upacara adat, berupa sebuah kelapa muda (degan) digambari pada dua sisinya, satu sisi digambari wayang Bathara Kamajaya dan di baliknya digambari wayang Dewi Ratih.Tetapi bisa juga digambari dengan wayang yang lain, misalnya Arjuna dan Sumbadra, Rama dan Sinta, dst. Maksudnya merupakan keinginan kedua orang tuanya agar kelak anak yang dilahirkan laki laki akan seperti Bathara Kamajaya, apabila anak lahir perempuan akan cantik seperti Dewi Ratih.
Kini
sudah saatnya Semar dan Togog harus meninggalkan Suralaya. Semar
diikuti Gareng dan Petruk turun ke Arcapada untuk mengabdi pada satria
yang berbudi luhur.sedangkan Togog mencari majikan raja raksasa yang
kejam. Ia ditugaskan Sanghyang Tunggal mengendalikan kekejamannya.
Ditengah perjalanan Semar dan Togog berpisah, mereka mencari jalan
masing-masing. Semar, Gareng, dan Pertruk meneruskan perjalannanya,
seperti biasanya mereka senang berkelakar, sehingga perjalanan yang amat
melelahkan ini tidak begitu terasakan. Mereka beristirahat dibawah
pohon yang rindang. Tiba-tiba Gareng melihat bayangan hitam,yang semula
bayangan Semar, kini bisa berjalan kedepan Semar dan saling berhadapan
dengan Semar.Melihat ada bayangan hitam dihadapannya, Semar segera
bersemadi, bayangan hitam itu menampakkan dirinya. Ternyata ada orang
gemuk pendek yang matanya lebar, hidungnya pesek, mulutnya pun lebar,
lucu ssekali wajahnya. Mereka memberi nama Bagong. Setelah beristirahat
cukup lama, mereka meneruskan perjalanannya.Sementara itu Togog telah
menemukan pula teman perjalanannya, Sarawita atau Bilung.
Pada
suatu hari Dewi Uma mengajak Sanghyang Manikmaya berpesiar ke angkasa.
Dan juga turun ke Arcapada, untuk menengok kedua orang tuanya di
Merut.Dengan senang hati Sanghyang Manikmaya mau mengantar Istrinya,
Mereka terbang bersama Lembu Andini. Sampai diatas langit, mendadak
Sanghyang Manikmaya timbul hasrat syahwat birahinya. Sanghyang Manikmaya
minta agar dewi Uma melayani kehendaknya dipunggung Lembu Andini. Dewi
Uma menolak, permintaan suaminya,karena di perjalanan tabu
melakukannya.Tetapi Sanghyang Manikmaya tetap mendesak. Akhirnya Dewi
Uma megatakan kalau Sanghyang Manikmaya seorang dewa, tetapi tindakannya
seperti yang bertaring saja. Sanghyang Manikmaya terkejut ketika
melihat dirinya bertaring.Setelah bertaring sebesar biji randu,
Sanghyang Manikmaya mendapat sebutan baru dengan Sanghyang
Randuwana.Sanghyang Manikmaya tanpa disadarinya mengatakan istrinya
juga seperti Raseksi. Tiba-tiba saja wajah Dewi Uma menjadi Raseksi.
Tanpa disadarinya dari tubuh Sanghyang Manikmaya terpancarlah sebuah
cahaya dan cahaya itu jatuh kedalam lautan.Cahaya yang jatuh dalam
lautan itulah yang akan menjadi anak Sanghyang Manikmaya berikutnya.
Sanghyang Manikmaya tidak mengetahui kejadian itu, Ia sedang menyesali
dirinya, sehingga istrinya menjadi seperti seorang Raseksi.Sanghyang
Manikmaya tidak dapat mengubah kewujud aslinya. Merekapun turun ke
Arcapada menemui kedua orang tua Dewi Uma. Saudagar Umaran dan Dewi
Nurweni hatinya bagai tersayat, melihat perubahan pada wajah anaknya,
Dewi Uma. Karen sudah terlanjur dan sudah kehendak dewa. mereka berdua
hanya bisa pasrah. Sanghyang Manikmaya minta Satu buah ranti dari pohon
ranti yang tumbuh dihalaman Istana Merut. Buah ranti ditangan Sanghyang
Manikmaya dicipta menjadi seorang gadis jelita, dan diberilah nama Uma
Ranti. Mereka bertiga berpamitan dan pulang kembali ke Kahyangan. Dari
perkawinan dengan Uma Ranti,Sanghyang Manikmaya mendapatkan anak;
Bathara Cakra,
Bathara Asmara ,
Bathara Mahadewa
dan Dewa Kembar Bathara Aswan dan Bathara Aswin.
Menurut versi lain, Bathara Aswan dan Bathara Aswin putera Sanghyang Sumeru.
Bathara Cakra,
Bathara Asmara ,
Bathara Mahadewa
dan Dewa Kembar Bathara Aswan dan Bathara Aswin.
Menurut versi lain, Bathara Aswan dan Bathara Aswin putera Sanghyang Sumeru.
Setelah beberapa tahun kemudian, mnghadaplah Sanghyang Baruna ke Suralaya, Dewa Laut melaporkan kepada Sanghyang Manikmaya, bahwa mahluk laut kawulanya, hampir habis dimakan seorang raksasa yang sangat menakutkan.Raksasa itu sekarang sedang memburunya sampai di Kahyangan. Sanghyang Manikmaya menyuruh Sanghyang Baruna menyingkir dahulu, karena ia akan segera menghadangnya. Tak lama kemudian Raksasa itu sudah memasuki Kahyangan Jonggring Salo ka. Sanghyang Manikmaya ngeri juga melihat raksasa itu. Ia tinggi besar gemuk dan wajahnya penuh dengan gigi yang amat tajam.Tanpa menunggu lama Sanghyang Manikmaya mengeluarkan aji kemayan.Raksasa itu terkena aji kemayan, tubuhnya limbung, jatuh dan tergeletak lemas terkulai, dan tak bergerak. Sanghyang Manikmaya segera mmengangkat Tombak Kalaminta untuk mem bunuhnya. Tetapi dari jauh Sanghyang Narada berlarian mencegah Sanghyang Manikmaya agar tidak membunuhnya. Karena raksasa itu masih anak Sanghyang Manikmaya sendiri. Kemudian Batara Narada meriwayatkan asal-usul raksasa itu. Sanghyang Manikmaya menerima apa yang dikatakan Sanghyang Narada. Kemudian Sanghyang Manikmaya mencabut sepasang gigi taring dari raksasa itu. Gigi taring itu berubah menjadi Keris, keris itu diberi nama Kala Nadah dan Keris Kala Dite. Keris Kala Nadah nantinya menjadi milik Prabu Trembaga dari Pringgadani. Kemudian jatuh ketangan Prabu Pandu.Dari Prabu Pandu keris Kala Nadah diberikan kepada Arjuna. Pusaka terus turun pada Gatutkaca, dalam lakon Gatutkaca Krama. Sedangkan Pusaka Kala Dite terakhir dipegang oleh Adipati Karna dari Negeri Awangga. Setelah raksasa itu siuman, Sanghyang Manikmaya memberikan nama Bathara Kala Gumarang, atau biasa kita kenal dengan nama Bathara Kala.
Mengingat
Bathara Kala suka makan binatang dan orang, maka Sanghyang Manikmaya
memberi sebuah gada pemukul.kepada Bathara Kala. Sanghyang Manikmaya
tidak suka melihat anaknya, Bathara Kalau kalau makan seperti binatang
buas, ditubruk lalu diterkam, Ia menghendaki agar semua buruannya
dipukul dengan gada itu, setelah mati baru dimakan. Bathara Kala
akhirnya pergi dengan membawa gada untuk mencari buruannya.
Sepeninggal
Bathara Kala, para dewa menjadi gelisah. Mereka takut manusia akan
musnah. Sanghyang Narada mewakili para dewa mengingatkan Sanghyang
Manikmaya untuk tidak memberikan kebebasan pada Bathara Kala.Sanghyang
Manikmaya menyetujui permintaan para Dewa Akhirnya para dewa menyusul
Bathara Kala untuk memberikan batasan korban yang bias ia makan.
Bathara Wisnu memakai pakaian dalang, dan mengganti nama dengan Dalang
Kandha buwana.Sedangkan para dewa yang lain menjadi niyaga yang
memainkan musik gamelan. Mereka menuju Negeri Medangkemulan. Mereka
menemui Prabu Sri Mahapunggung, untuk minta ijin akan menggelar
pertunjukan wayang kulit. Prabu Sri Mahapunggung tidak merasa
keberatan.Pagelaran wayang kulitpun dimulai, para penonton berdatangan
untuk menyaksikan, hingga tumpah ruah dilapangan Kerajaan. Juga ikut
menonton pula seorang pemuda ontang-anting atau seorang anak terlahir
tunggal tidak berkakak atau pun tidak beradik. Sang dalang Kandhabuwana,
melihat itu, minta agar pemuda itu bersembunyi dibelakang Dalang
Kandhabuwana.Sang pemuda merasa kebingungan, tetapi ia menurut saja
perintah Dalang Kandhabuwana.Tiba-tiba para penonton berteriak
ketakutan, rupanya Bathara Kala menghampiri pertunjukan ini. Ia duduk
dekat para penonton lain, sambil mendengarkan suara musik gamelan.
Ia
kelihatan menikmati irama gamelan. Setelah beberapa saat kemudian,
bangunlah Batara Kala menghampiri seorang anak yang masih digendong
ibunya. Ibunya cemas melihatnya, dan minta tolong. Dalang Kandhabuwana
minta agar Bathara Kala menghentikan maksudnya. Akhirnya Bathara Kala
dan Pemuda ontang-anting itu didudukkan bersama dihadapan Dalang
Kandhabuwana. Mereka diruwat bersama. Keduanya dimandikan air
kembang.Bathara Kala mendapat peringatan dari Dalang Kandhabuwana,
Buruan mana yang bias dimakan, karena tidak semua buruan boleh dimakan,
ada batas-batasnya. Adapun orang yang termasuk menjadi mangsa Bathara
Kala harus diruwat.
Menurut
saya, semua yang hidup didunia ini akan habis dimakan kala, akan habis
dimakan waktu. Untuk itu waktu jangan disepelekan. Waktu sekarang tidak
akan dijumpai lagi pada hari esok,atau hari kapanpun.Waktu harus diisi
dengan kegiatan yang positif, gunakanlah untuk kepentitingan dunia dan
akhirat.
Setelah
selesai memberi wejangan, Bathara Kalapun pergi, dan pagelaran wayang
kulit pun selesai. Dalang Kandhabuwana dan para niyaga berubah kembali
menjadi Bathara Wisnu dan para dewa semua, dan kembali ke Kahyangan..
Sementra
itu Sanghyang Manikmaya telah memiliki gadis pujaan hati yang bernama
Dewi Lokawati. Ia sangat mencintainya. Namun Dewi Lokawati tidak
mencintai Sanghyang Manikmaya. Ia menubruk senjata tombak Kalaminta,
milik Sanghyang Manikmaya. Ia berubah menjadi setangkai padi. Sanghyang
Manikmaya kecewa, karena harus menunda percintaannya dengan dewi
Lokawati. Ia harus menunggu benih itu tumbuh menjadi tanaman padi dan
berbuah, Disaat itulah nanti Sanghyang Manikmaya bisa bertemu lagi
dengan Dewi Lokawati. Sanghyang Manikmaya membawa bibit padi itu ke
Negeri Medangkemulan, menemui Raja Sri Mahapunggung. Sesampai di Negeri
Medangkemulan, Sanghyang Manikmaya memberikan bibit padi itu kepada
Prabu Sri Mahapunggung.
Kini
di Medangkemulan tumbuhlah tanaman padi yang amat luas. Terlihat
bagaikan permadani terbentang dari ujung barat sampai ke ujung timur.
Sementara itu Dewi Sri dewi pelindung padi telah pula bersemayam
diantara tanaman padi. Dewi Sri sudah beberapa saat tidak kembali ke
Kahyangan. Prabu Sri Mahapunggung mencemaskan kepergian Dewi Sri.
Sementra itu Sadana, kakak Dewi Sri sudah mencari keberadaan Dewi Sri,
Namun belum juga ketemu. Kini buliran padi sudah mulai menguning, dan
tidak lama lagi siap dipanen. Namun tanaman padi tenyata menarik
perhatian hama padi ,dari jenis serangga sampai dengan tikus. Dewi Sri
berusaha melindungi tanaman padi. Sadana meminta para petani bergotong
royong untuk memberantas hama padi. Mereka berhasil menyelamatkan padi
dan tanaman hasil bumi lainnya.. Akhirnya Dewi Sri muncul kembali dari
hamparan padi dan bertemu dengan Sadana kakaknya. Sebagian petani pada
zaman dahulu, menganggap Dewi Sri adalah Dewi Padi atau Dewi Pelindung
Padi.
Sementara
itu Sanghyang Manikmaya ingin merasakan butiran padi.Ia berubah menjadi
seekor burung pipit. Burung pipit terbang menuju pesawahan negeri
Medangkemulan. Gelagat Sanghyang Manikmaya diketahui Dewi Uma yang
berwajah Raseksi. Ia memerintahkan para bidadari turun kesawah negeri
Medangkemulan dengan merubah diri menjadi rmput juwawut yang sedang
berbuah pula, serta menyebar kesegala penjuru pesawahan. Sanghyang
Manikmaya yang sudah berubah menjadi burung pipit mencoba mematuk
butiran padi, tapi selalu dihalang-halangi rumput juwawut. Akhirnya
sebutir juwawut terpatuk burung pipit. Rumput Juwawut itupun berubah
menjadi dewi Uma. Burung Pipit terkejut, dan berubah kembali menjadi
Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Manikmaya sangat malu pada Dewi Uma dan
para bidadari. Akhirnya Sanghyang Manikmaya memerintahkan para bidadari
pulang ke Kahyangan.
Sanghyang
Manikmaya mengajak Dewi Uma pergi menemui seorang wanita yang sedang
bertapa di hutan Krendawahana. Ia ingin menjadi seorang Bethari dan
ingin berjodoh dengan seorang keturunan Dewa. Kemudian sampailah
Sanghyang Manikmaya dan Dewi Uma di Hutan Krendawahana. Tempat yang
menyeramkan.
Sang
Wanita pertapa itu pun dibangunkan oleh Sanghyang Manikmaya. Wanita
pertapa itu bernama Dewi Permoni. Sanghyang Manikmaya me ngutarakan
maksud kedatangan mereka, akan memenuhi permintaan Dewi Permoni. Dewi
Permoni akan diangkat menjadi seorang Bethari dan mendapat jodoh
seorang keturunan Dewa.
Tetapi
asal Dewi Permoni mau bertukar raga,Setelah berpikir sejenak, Dewi
Permonipun setuju bertukar raga dengan raga Dewi Uma, Mereka saling
bertukar nyawa, Sukma Dewi Uma masuk kedalam raga Dewi Permoni dan sukma
Dewi Permoni masuk kedalam raga Dewi Uma. Dewi Permoni yang sudah masuk
kedalam raga Dewi Uma, diajak Sanghyang Manikmaya menuju istana
Setragandamayit tempat Bathara Kala bertahta menjadi Dewa yang menguasai
makhluk halus. Melihat kedatangan Dewi Uma yang sudah bertukar sukma
Dewi Permoni, Bathara Kala menganggap ia tetap ibunya. Tetapi Sanghyang
Manikmaya, menerangkan, bahwa mulai sekarang Dewi Uma yang dihadapan
Bathara Kala sudah bukan ibunya, karena sukmanya bukan sukma Dewi Uma,
tetapi sukma wanita lain yang berama Dewi Permoni.Bathara Kala bingung
Karena ia masih mengangap bahwa wanita yang berada dihadapannya adalah
ibunya. Akhirnya Bathara Kala di kawinkan kan dengan Dewi Permoni.
Walaupun sudah kawin,Bathara Kala tetap bingung, Ia selalu menyapa
istrinya dengan sebutan, Istriku ya Ibuku, yayi Bethari. Dewi Permoni
mendapat nama baru dari Sanghyang Manikmaya dengan sebutan Bethari
Durga.
Dari perkawinan Bathara Kala dengan Bethari Durga, Bathara Kala mendaapatkan beberapa orang anak :
1. Bathara Siwahjaya
2. Bathari Kalayuwati
3. Bathara Kalayuwana
4. Bathara Kalagutama
5. Bathara Kartineya