TAHUKAH KAMU APA MALAM KEMULIAAN ITU ??


Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah karena adanya ‘malam yang lebih baik dari seribu bulan’. Tradisi Islam, menceritakan peristiwa ini berulang kali terjadi pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan, dan biasanya pada malam yang ganjil. Karena dipandang sangat istimewa, bab yang menjelaskan tentang Malam Kemuliaan (Lailat al Qadar) dilengkapi dengan kripto kombinasi bilangan prima, 7, 11, dan 19 sekaligus.

Klasifikasi: Sedang - Rumit.


Bumi diwaktu malam hari.
Sejumlah kawan menginginkan tulisan tentang Malam Kemuliaan atau “Lailat al Qadar’. Malam yang sangat istimewa dibulan Ramadhan. Siapa saja orang-orang yang beriman, jika pada malam itu “terekam” oleh para Malaikat sedang beribadah atau berbuat kebajikan, maka nilai pahalanya berlipat kali banyaknya, tidak terbayangkan. Ini adalah kado istimewa dari Tuhan Yang Maha Pemurah untuk memotivasi kita semua agar selalu beribadah dan berbuat kebajikan.

Merujuk riwayat Imam Bukhari, dari A’isyah, Nabi berkata: “Carilah Malam Kemuliaan itu pada malam ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.”

Jika ingin memahami Malam al Qadar, mau tidak mau kita harus membaca surah Al Qadr/Kemuliaan yang ditempatkan pada posisi nomor 97, banyaknya 5 ayat. Ia ditempatkan setelah surah al Alaq/Janin bayi pra embrio, wahyu pertama (awal surah). Penempatannya aneh, karena surah ini turun diawal-awal Nabi mejalankan misinya di Makkah sekitar tahun 612/613 M. Kronologis wahyu, mayoritas Ulama berpendapat urutan ke- 25, tetapi dalam Kitab Mulia ia ditempatkan pada urutan ke-97. Mengapa begitu?

Surah Al Qadar tergolong surah yang sangat istimewa dalam Kitab Mulia. Tidak biasanya. Jika note sebelumnya mengenai kata Jihad yang dilengkapi kode 7 dan 19 - kali ini kombinasi kode 7, 11 dan 19 sekaligus. Bagaimanapun juga, Kitab Mulia menggunakan pola-pola standar kode 7, 11, 19 dan pola berpasangan. Serupa dengan konfigurasi kode genetika, Genom (kumpulan Gen) Manusia menggunakan bilangan prima 7, 11, 13 dan pola berpasangan pula. Bedanya, jika Kitab Mulia ditulis dengan 28 abjad Arab, kode genetika ditulis degan kombinasi 3 huruf dari 4 huruf yang tersedia, jauh lebih rumit (Les Relations Numeriques Du Code Genetique – Jean & Yves Boulay).

Baik, mari kita lihat isi surah al Qadar posisi ke-97.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur’an) pada Malam al Qadar/Kemuliaan (1). Dan tahukan kamu Malam Kemuliaan itu? (2). Malam Kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan(3) Pada malam itu turun para malaikat dan Jibril (Gabriel) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan (4). Penuh salam sejahtera sampai terbit fajar “(5).
Perlu dicatat, ' Lailat al Qadar' atau biasa disebut Lailatul Qadar memiliki makna lebih dari satu:
Al Qadr disebut ‘Tertentu’ karena memang ia muncul hanya pada malam ‘Tertentu’, yaitu setelah tanggal 20 Ramadhan . Tradisi Islam yang diceritakan berbagai riwayat, Malam Tertentu muncul pada tanggal-tanggal ganjil di bulan istimewa - yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, 29. Jika ini dapat dianggap sebagai patokan umum (rule of thumbs), maka sungguh ‘kebetulan’, karena jumlah digitnya adalah bilangan kelipatan 7, atau 2+1+2+3+2+5+2+7+2+9= 35, 7 x 5.
Al Qadr juga bisa bermakna ‘Sempit’, ditunjukkan pada makna (Qs, 65:07). Boleh jadi kesempatan untuk mendapatkan rahmat dalam malam ini ada dalam koridor waktu yang singkat, “window opportunity’ – nya sempit, mungkin saja hanya beberapa menit.
Al Qadr, umumnya dimaknai dengan ‘Kemuliaan’. Sehingga ‘Lait al Qadar’ adalah Malam Kemuliaan. , Kata al Qadar yang bermakna ‘Kemuliaan’ ditemukan pada (Qs 06:91), yang menceritakan kelompok penyembah berhala di Makkah. “ Mereka tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya….”. Dengan demikian orang yang beriman yang mendapatkan Malam Kemuliaan ini, ia akan mendapat pahala yang luar biasa banyaknya, nilainya lebih baik dari nilai ibadah 1000 bulan.

Perhatikan dibawah ini, ayat khusus!

“ Dan tahukah kamu apakah (wa ma adraka) malam al qadar itu?” (Qs, 97:02)


Tiga belas kali kalimat ‘ma adraka’ diulang oleh Kitab Mulia, tiga diantaranya menunjukkan kehebatan neraka tingkat 5,6,7. Misalnya Neraka Saqar/Pembakar Kulit – Penghuninya tidak hidup dan tidak mati (Qs, 74: 26-29). Keterangan lainnya, memberi isyarat fenomena alam Bintang Penembus, atau bintang Netron (Pulsar) yang sedang sekarat, dimana radiasi magnetnya mampu menembus atmosfir hingga alat ukur Geiger Counter di Bumi ‘diketuk atau ath Tharq’ dan berbunyi ‘bip’ beberapa kali (The Unifying Theory – Dr Mohammed Asadi). Peristiwa ini diisyaratkan dalam surat ath Thariq/Bintang Penembus. Sebagian lagi menjelaskan Hari Berkumpul yang dahsyat, dan satu ayat digunakan untuk memberi isyarat keistimewaan ‘Malam al Qadar’, atau Malam Kemuliaan. Kata ’ma adraka’ dalam Kitab Mulia menunjukkan isyarat , ada sesuatu peristiwa yang sangat luar biasa. Pakar tafsir, sebut saja Imam al-Syaukani dalam karya tafsirnya, Fath al-Qadir, menyebutkan, kata “maa adraka” adalah bentuk pertanyaan (istifham) yang digunakan untuk menunjukkan bahwa yang menjadi obyek pertanyaan adalah hal-hal yang sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh nalar manusia.

Mengapa ‘lebih baik dari 1000 bulan’?Pada suatu hari, sekitar tahun 612 M, Nabi mendapat informasi tentang kisah seorang Bani Israxx (tidak ditulis) pengikut Musa as (Moses) yang mampu beribadah terus menerus selama kurun waktu 1000 bulan atau 83 tahun lebih 4 bulan. Siangnya membantu Musa as berjuang, malamnya mendekatkan dirinya pada Tuhan. Nabi sangat kagum dan menginginkan agar diantara Muslim mendapat kesempatan yang serupa (Ibnu Jarir dari Mujahid) - maka Tuhan Yang Maha Pemurah mengabulkan harapan Nabi, dan turunlah surah al Qadar – Malam Kemuliaan yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan . Bagaimanapun juga, fakta sejarah - usia generasi Pharaouh (Fira’un) Dinasti ke-19 dan Musa as , 3250 tahun yang lalu - sangat panjang- umumnya diatas seratus tahun. Tradisi agama Yahudi menyebutkan bahwa Musa as meningal dunia pada usia sekitar 120 tahun, dan mulai berdialog dengan Pharaouh Ramses II penguasa Mesir Kuno diusia 80 tahun. Bandingkan dengan usia Nabi, 63 tahun telah wafat.

‘Kemuliaan’ lebih baik dari seribu bulan dapat dicapai, bilamana orang- orang yang beriman diketahui sedang beribadah, mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Pemurah pada Malam Tertentu di bulan Ramadhan. Itulah Malam istimewa pada saat orang beriman berpuasa siang harinya di Bulan Yang Diberkahi. Malam dimana, para Malaikat hingga terbit Fajar memberi salam, mendoakan umat manusia agar selalu dalam keadaan ‘salaam’.

Kata ‘salaam’ dari segi bahasa, diartikan sebagai kebebasan dari segala macam kekurangan, apapun bentuknya - sehingga seseorang yang hidup dalam keadaan ‘salaam’ artinya bebas dari penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan jauh dari aib atau perbuatan tercela. (Tafsir Al-Mishbah – Dr. Quraish Shihab).

Dalam Jurnal Natural Phenomenon, djelaskan bahwa radiasi dari Bintang, Bulan atau benda langit lainnya di malam hari mempengaruhi tingkat getaran otak. Gravitasi dan radiasi bulan di saat Bulan Purnama, selain meningkatkan permukaan air laut juga menarik cairan pada membran otak. Sehingga secara teoritis, sel-sel otak menjadi lebih aktif dan peka. Sangat baik untuk menerima informasi atau membengun kesadaran baru pada malam hari, terutama disaat bulan Purnama. Terlebih pada bulan Ramadhan, dimana siang harinya, orang berpuasa selama berhari-hari berturut – turut, sangat membantu menjernihkan pikiran manusia. Daya pemahamannya menjadi berlipat ganda, dibandingkan hari-hari biasa.

Kali ini, bulan Ramadhan diikuti fenomena yang memanjakan mata. Hadirnya trio planet (Venus, Mercurius dan Mars) bertengger menghiasi langit, sangat terang – membentuk formasi segi tiga dekat Bulan. Planet Mars terlihat terang seperti Bintang, puncaknya pada tanggal 27 Agustus 2010 yang lalu bertepatan pada tanggal 17/18 Ramadhan. Peristiwa langka ini terjadi setiap 2280 tahun sekali (Jurnal ilmiah - Mathematical and Natural Sciences, 2008), atau 120 kali siklus Meton, dimana siklus Meton terjadi setiap 19 tahun sekali. Begitu ‘kebetulan’, kode alam ini menunjukkan 19 x 120. Bilangan kelipatan 19, bilangan prima.

Siklus Meton atau Metonic cycles adalah fenomena alam yang berperiode 235 lunasi atau tepat 19 tahun Solar (tahun Masehi/Gregorian) dimana fase Bulan akan tepat berulang pada tanggal yang sama di tahun Solar. Misalnya, jika Bulan purnama posisinya dekat Bintang Aries, maka Bulan akan kembali tepat pada posisi tersebut, bukan bulan depan, atau tahun depan – tetapi 19 tahun kemudian!
Seputar Kripto

Al Qur'an antik



Dengan bahasa kripto, pembaca akan lebih memahami, mengapa – misalnya – susunan surah pada Kitab Mulia tidak sama dengan kronologis turunnya wahyu. Penempatan ayat yang terkesan acak – sebenarnya justru terstruktur ajaib, matematis murni. Bahasa kripto atau kadang disebut bahasa angka-angka (The Numb3rs), ‘‘akan menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman” (Qs, 74:31).

Surah Al Qadr dalam Kitab Mulia tersusun dengan urutan nomor 97, jauh dibelakang, dengan jumlah ayatnya 5, termasuk surah pendek dari 19 surah pendek yang ada. Disebut surah pendek karena jumlah ayatnya sedikit, lebih kecil dari 9 ayat. Ada sesuatu yang luar biasa! Surah pendek hanya ada di nomor surah, dimana digit awalnya hanya “1” dan “9”. PERHATIKAN, tidak ada surah pendek dimana urutan surahnya memiliki digit awal diluar “1” dan ”9”. Jika ada surah pendek, diawali dengan digit “2” atau “3”, misalnya – maka al Qur’an tersebut salah atau palsu! Inilah kripto.

Sebelum kita masuk lebih detil, mari kita lihat kripto sederhana pada sistem bank. Jika pembaca memiliki kartu ATM, ‘debit card’ atau ‘credit card’, maka dibelakang kartu ada 16 digit angka tertentu yang dibagi dalam format 4x4. Kripto, yang menunjukkan otentik, ke 16 angka tadi jumlahnya harus membentuk angka kelipatan bilangan prima, 3, 5, atau 7. Bergantung bank penerbitnya. Citibank biasa menggunakan bilangan prima 3 atau 5.

Misalnya saja, kartu Visa Citibank saya : 4591 7900 6045 XXXX, dimana jumlah digitnya adalah 60 atau 4+5+9+1+7+9+0+0+X+X+X=X. Bilangan 60, atau 5 x 12, atau 3x20. Ini kripto yang menggunakan bilangan prima 5 atau 3. Artinya, kartu ini otentik dikeluarkan oleh Citibank.
 Sekarang, kita lihat fakta kripto yang sederhana, penggunaan bilangan prima 7,11, dan 19 dengan berbagai pola kombinasi sekaligus:
Angka 1000 bulan ditempatkan pada ayat 3, dan surah nomor 97. Tidak bisa tidak, karena jumlahnya 1000+3+97 adalah 1100, atau 11x100. Suatu hal yang spesifik, kode 11 ini serupa dengan penempatan obyek langit Bulan, Matahari dan Bintang pada judul al Qur’an. (Lihat Note sebelumnya).
Kripto ini diperkuat dengan posisi surah, uratan ayatnya dan jumlah ayat surah tersebut. Perhatikan, membentuk suatu bilangan, yaitu bilangan 9 7 3 5. Bilangan 9735 adalah bilangan kelipatan 11 juga, karena merupakan perkalian 11 x 885. Disini kita dapat memahami, mengapa posisi surah al Qadar jauh dibelakang, padahal kronologis urutan wahyu ia ada pada posisi 25.
Jumlah ayat Kitab Mulia sampai dengan ayat nomor 3 (“lebih baik dari 1000 bulan”), adalah 6127 ayat. Sederhana, dapat dihitung dimulai dari surah pertama Al Fatihaah/Pembuka 7 ayat, surah Al Baqarah/Sapi Betina….terus sampai dengan surah Al Qadr/Kemuliaan ayat 3 atau 7+286+200+175….+19+3= 6127, atau 11 x 557. Bilangan tersebut juga bilangan kelipatan 11.
Nah, kini - akan di tunjukkan kode bilangan 7, serupa dengan kode kata JIHAD, pada catatan sebelumnya. Kita akan lihat, bagaimana posisi ayat 6127 ini terhadap jumlah 6236 ayat Kitab Mulia seluruhnya? Perhatikan, bilangan yang terbentuk, dideretkan dari posisi ayat adalah:

6 1 2 7 6 2 3 6

Kode 8 digit, 7 x 8753748. Bilangan ini adalah kelipatan 7. Numun jumlah digitnya merupakan kode 11, yaitu bilangan kelipatan 11. Lihat saja k saja: 6+1+2+7+6+2+3+6=33, atau 11 x 3.

Proteksi yang berlapis, tidak bisa kita bayangkan sebelumnya, jika tidak dibedah.

Kode 7 juga ditunjukkan: Iini menjawab mengapa Al Qadar harus ditempatkan pada urutan 97. Mengapa demikian?

Perhatikan, bila nomor surahnya kita jumlahkan seluruhnya dari 1 sampai dengan 97, atau 1+2+3+4+5+6+7+………….+96+97=4753, atau 7 x 679. Bilangan kelipatan 7 juga. Angka 4753 adalah kode posisi surah al Qadar.

Diatas adalah kripto paling sederhana, untuk menunjukkan bagaimana istimewanya surah al Qadar, hingga dilindungi sekaligus dengan kode bilangan 7, 11, dan 19. Otentik, yang menunjukkan kepada pembaca, bahwa ‘keterangan’ ini bukan dikarang oleh Nabi.

Kripto yang sangat rumit adalah kripto yang menunjukkan jumlah abjad pada tiap kata dalam surah tersebut, membentuk bilangan puluhan digit.

Tapi Mengapa Ramadhan?


Jagad Raya

Ini pertanyaan yang sulit dijawab - jika ada yang bertanya, mengapa Malam Kemuliaan ditetapkan pada Bulan Ramadhan?

Jawaban standar: Kita dapat mengatakan hal ini disebabkan, ayat-ayat Kitab Mulia diturunkan sekaligus pada bulan tersebut dari ‘Pusat Arsip’ (Lauh Mahfudz) di langit terjauh ke langit terdekat (as samaa’ dunya). Setelah itu baru didistribusikan bertahap kepada umat manusia melalui Nabi dalam berbagai peristiwa di Bumi, tahun 610 – 632 M. Kejadian ini, sekaligus digunakan sebagai peringatan turunnya ayat-ayat Kitab Mulia.

Tetapi tetap saja – menjadi pertanyaan - mengapa Tuhan Maha Pemurah memilih bulan tersebut, bukan bulan sebelumnya atau bulan yang lain?” Seharusnya ada alasan lain?

Barangkali sulit dijelaskan dengan menggunakan bahasa lisan atau verbal.

Coba kita sekarang dengan bahasa yang lain, bahasa angka – bagaimanapun juga - karena firman Illahi, “segala sesuatu diciptakan dengan hitungan yang sangat teliti, satu persatu/math” (Qs, 72:28).

Bulan Ramadhan adalah bulan ke-9 dalam kalendar Islam yang dimulai dengan bulan : (1) Muharram, (2)Safar, (3) Rabiul Awal, (4) Rabiul Akhir, (5)Jumadil Awal, (6) Jumadil Akhir, (7) Rajab, (8) Syaban, (9) Ramadhan, (10) Syawal, (11) Dzulkaidah, dan (12) Dzulhijjah.

Angka 9, tidak berarti apa-apa! Tapi, jika semua parameter digabungkan, dimulai dari bulan, tanggal-tanggal ganjil, dan angka 1000 bulan - maka ia baru bermakna. Perhatikan! Masukkan angka parameter tersebut, yaitu urutan bulan 9, tanggalnya :21, 23, 25, 27, 29, serta angka 1000, sebagai nilai 1000 bulan. Kita akan dapatkan bilangan, berupa kode Malam Kemuliaan:

9 2 1 2 3 2 5 2 7 2 9 1 0 0 0.

Kripto 15 digit diatas menjukkan bulan, tanggal dan nilai yang diraih. Disebut kripto, karena merupakan bilangan kelipatan angka 19, kode utama yang biasa digunakan oleh Kitab Mulia Al Qur’an dan alam.

Lihat otentitasnya:

9 2 1 2 3 2 5 2 7 2 9 1 0 0 0 atau 19 x 4 8 4 8 5 9 2 2 4 8 9 0 0 0.

Bahasa angka dapat membantu meyakinkan kita, bahwa peristiwa Malam Kemuliaan memang harus di bulan 9. Sebab jika urutan bulan atau tanggalnya diganti, kode tersebut tidak akan terbentuk, karena bukan kelipatan bilangan prima 19. Ia tidak akan menunjukkan arti apa-apa dalam verifikasi otentitas sebuah firman Illahi. Hanya kombinasi angka-angka tersebut yang menghasilkan kode 15 digit. Dalam bahasa ATM (Automatic Teller Machine), ketika PIN (Personal Information Number) atau ‘password’ enam digit salah dimasukkan sebanyak 3 kali berturut-turut, kartu akan ditolak atau ditelan.

Dengan contoh-contoh diatas, pembaca akan jauh lebih memahami struktur Kitab Mulia yang unik – setiap posisi surah dan ayat dihitung teliti – merupakan kombinasi bahasa angka dengan makna.

  ‘Lailat al Qadar” atau Malam Kemuliaan adalah peristiwa yang berulang setiap tahun, diberikan pada malam bulan Ramadhan bagi orang-orang yang sedang beribadah mendekatkan dirinya pada Tuhan atau berbuat kebajikan. Dimulai setelah 20 Ramadhan, pada tanggal-tanggal ganjil.Selamat mengambil kesempatan yang baik ini, dengan banyak beramal dan ibadah dengan ikhlas. Siapa tahu diantara kita akan mendapatkan “The Noble Night Award”, menikmati hadiah khusus , ‘bernilai lebih baik dari 1000 bulan’. Tetapi, soal dapat atau tidaknya, jangan terlalu kita pikirkan – hal terpenting menurut risalah Illahi - beribadahlah semata-mata karena Tuhan Yang Maha Pemurah.

Salam

Arifin Mufti

Bandung, West Java, Indonesia.

Buku dan artikel terkait: 1). The Unifying Theory – Dr Mohamed Asadi, 2). Jurnal Mathematical and Natural Phenomenon - 2008, 3)Tafsir Surah-Surah Pendek – Dr Quraish Shihab, 4). Kumpulan Hadist/Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Qur’an – K.H.Q Shaleh, 5). Misteri Kitab Mulia – Arifin Muftie, 6). Les Relations Numeriques Du Code Genetique – Jean & Yves Boulay, 7). Kumpulan Catatan/Artikel – Arifin Mufti.

KANGGO SING SENENG PEWAYANGAN

Sanghyang Sita / Jeng Nabi Syis
Di Salin sing BLOGe batur
Sejarah Pewayangan sing Awit Bongkot...

Kisah Nabi Adam dan Sis

Di dalam Taman Surga lahir seorang manusia yang diberi nama Adam. Ketika Tuhan memilihnya sebagai kalifah, para malaikat yang dipimpin Ajajil mengajukan keberatan karena umat manusia dinilai hanya berbuat kerusakan saja. Maka, Tuhan pun mengajari Adam berbagai macam ilmu pengetahuan yang membuatnya mampu mengalahkan kepandaian para malaikat.

Di hadapan para malaikat, Tuhan menguji kepandaian Adam. Para malaikat akhirnya mengakui keunggulan Adam. Tuhan kemudian memerintahkan semua malaikat untuk bersujud menghormat kepadanya. Para malaikat serentak bersujud melaksanakan perintah Tuhan, kecuali pemimpin mereka yang bernama Ajajil.

Malaikat Ajajil menolak bersujud kepada Adam karena baginya hanya Tuhan semata, satu-satunya yang pantas disembah. Meskipun mengajukan berbagai alasan, tetap saja Ajajil dianggap sebagai pembangkang. Ajajil kemudian dikeluarkan dari Taman Surga dan dijuluki sebagai Sang Iblis.

Nabi Adam kemudian menikah dengan seorang wanita anugerah Tuhan bernama Hawa. Keduanya diizinkan menikmati segala macam isi Taman Surga kecuali buah dari suatu pohon larangan.

Sementara itu Ajajil Sang Iblis datang menyusup ke dalam Taman Surga dengan menyamar sebagai seekor ular. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa Adam bukan sosok sempurna dan bisa dikalahkan olehnya. Dengan kepandaiannya berbicara, ular samaran Ajajil berhasil menghasut Adam dan Hawa sehingga keduanya memakan buah pohon larangan. Mengetahui hal itu, Tuhan pun menghukum pasangan tersebut keluar dari Taman Surga.

Adam kemudian membangun tempat tinggal di daerah Asia Barat Daya bernama Kerajaan Kusniyamalebari. Setelah memimpin selama 129 tahun, barulah Adam dan Hawa memiliki keturunan. Setiap kali melahirkan mereka mendapatkan putra dan putri sekaligus. Putra yang tampan lahir bersama putri yang cantik, sedangkan putra yang buruk rupa lahir bersama putri yang buruk pula.

Setelah lahir lima pasangan, Adam dan Hawa berniat menikahkan putra dan putrinya itu. Adam memutuskan untuk menikahkan putra yang tampan dengan putri yang jelek dan sebaliknya. Sementara itu, Hawa mengusulkan agar putra yang tampan dinikahkan dengan putri yang cantik, sedangkan putra yang jelek dengan putri yang jelek sesuai pasangan kelahiran masing-masing.

Adam dan Hawa sama-sama saling mempertahankan pendapat. Keduanya sepakat mengeluarkan rahsya untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Atas kehendak Tuhan, rahsya milik Adam tercipta menjadi bayi namun hanya berwujud ragangan, sementara rahsya milik Hawa tetap berwujud darah. Menyaksikan hal itu Hawa pasrah terhadap keputusan Adam.

Beberapa waktu kemudian, cahaya nubuwah Adam keluar dari dahinya dan berpindah pada tubuh ragangan bayi tersebut. Akibatnya, ragangan bayi tersebut pun hidup menjadi bayi normal. Tuhan memberi petunjuk supaya bayi tersebut diberi nama Sis, di mana kelak ia akan menurunkan para pemimpin dunia. Adam sangat bersyukur dan membawa bayi Sis pulang.

Sepeninggal Adam, cupu yang tadinya digunakan sebagai wadah rahsya terhempas oleh angin kencang sehingga jatuh di dekat Samudera Hijau. Cupu tersebut ditemukan oleh Malaikat Ajajil dan disimpannya sebagai pusaka, diberi nama Cupumanik Astagina.

Beberapa tahun kemudian Sis tumbuh menjadi manusia istimewa yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Selain memiliki lima pasang kakak, Sis juga memiliki 35 pasang adik dan seorang adik perempuan yang lahir tanpa pasangan bernama, Siti Hunun.

Pada suatu hari Nabi Adam mengutus Sis untuk mengambil buah di Taman Surga. Sis berhasil memasuki tempat tersebut dan mendapatkan buah yang diinginkan Adam. Selain itu, Sis juga mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa seorang bidadari bernama Dewi Mulat.

Sis kemudian menikah dengan Mulat. Keduanya hidup berumah tangga di negeri Kusniyamalebari.

Sanghyang Nur Cahya
Kisah Sanghyang Nurcahya

Ajajil – pemimpin para malaikat yang terusir dari Taman Surga dan kini dijuluki sebagai Sang Iblis – pada suatu hari mendengar ramalan bahwa putra Nabi Adam yang bernama Sayid Sis kelak akan menurunkan para pemimpin dunia. Maka, Ajajil pun berdoa memohon kepada Tuhan supaya bisa menyatukan keturunannya dengan keturunan Sis. Doa tersebut dikabulkan. Ajajil kemudian mendapatkan seorang anak perempuan yang diberi nama Dewi Dlajah.

Malaikat Ajajil kemudian membawa Dlajah – yang wajahnya telah diserupakan dengan Mulat – untuk disusupkan ke negeri Kusniyamalebari. Sementara itu Mulat yang asli disembunyikan oleh Ajajil. Setelah mengandung benih Sis, barulah Dlajah diambil oleh Ajajil, dan Mulat yang asli dikembalikan.

Beberapa waktu kemudian, bersamaan dengan terbitnya matahari, Mulat melahirkan dua orang anak Sis. Yang satu berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud cahaya. Di lain tempat pada saat matahari terbenam, Dlajah juga melahirkan putra Sis namun berwujud darah yang berkilauan. Diam-diam Ajajil membawa “cucunya” itu untuk dipersatukan dengan putra Mulat yang berwujud cahaya. Terciptalah seorang bayi laki-laki yang tubuhnya memancarkan cahaya tapi tidak bisa diraba. Nabi Adam kemudian memberikan nama kepada kedua cucunya tersebut. Bayi yang bertubuh normal diberi nama Anwas, sedangkan yang memancarkan cahaya diberi nama Anwar.

Sayid Anwas tumbuh menjadi seorang pemuda yang gemar belajar ilmu agama, sedangkan Sayid Anwar gemar menjalani tapa brata. Anwar pernah menjalani tapa yang sangat berat di dalam Hutan Ambalah. Di sana ia bertemu seorang pendeta tua yang sebenarnya samaran Ajajil. Kepada pendeta itu ia mendapatkan berbagai macam ilmu kesaktian. Anwar kemudian kembali ke Kusniyamalebari. Melihat gelagatnya, Nabi Adam meramalkan kelak cucunya itu akan keluar dari syariat agama yang ia ajarkan.

Beberapa waktu kemudian Nabi Adam meninggal dunia pada usia 990 tahun. Anwar merasa heran karena kakeknya itu seorang nabi tapi mengapa masih tetap saja tidak luput dari kematian. Ia pun pergi berkelana untuk mencari cara agar dapat hidup abadi.

Anwar kemudian dijemput oleh Malaikat Ajajil – kakeknya – untuk diajak ke Tanah Lulmat untuk meraih cita-citanya itu. Tanah Lulmat sendiri terletak di daerah Kutub Utara. Setelah bertapa cukup berat, Anwar mendapatkan Tirtamarta Kamandalu, suatu air kehidupan yang berasal dari lautan rahmat, yang terpancar dari mustika awan. Setelah mandi air tersebut, Anwar pun menjadi makhluk abadi. Malaikat Ajajil memberikan cupu pusaka bernama Astagina sebagai wadah air tersebut untuk diberikan kepada anak cucu Anwar. Cupu tersebut semula adalah pusaka Nabi Adam.

Dalam perjalanan pulang Anwar menemukan pohon ajaib bernama Rewan yang akarnya bisa digunakan untuk menghidupkan orang mati di luar takdir. Anwar mengambil akar pohon tersebut sebagai pusaka yang diberinya nama Lata Mahosadi. Setelah berpisah dengan Ajajil yang kembali ke alamnya, Anwar tiba-tiba menderita linglung. Ia kehilangan jalan pulang menuju Kusniyamalebari sehingga berkelana tak tentu arah sampai ratusan tahun lamanya.

Selanjutnya Anwar berguru kepada dua malaikat bernama Harut dan Marut yang mengajarinya ilmu tentang bahasa segala jenis makhluk, baik yang nyata maupun gaib. Anwar kemudian bertanya kepada gurunya di mana letak surga dan neraka. Kedua malaikat itu berbohong bahwa surga dan neraka terletak di hulu sungai Nil.

Tanpa rasa curiga Anwar berjalan menyusuri sungai Nil dan di sebuah lembah ia bertemu putra-putri Nabi Adam yang berumur panjang bernama Lata dan Ujya. Kepada paman dan bibinya itu ia belajar ilmu melihat masa depan.

Anwar kemudian melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai ke mata air sumber sungai Nil yang terletak di lereng sebuah gunung. Di sana terdengar suara Malaikat Ajajil memanggilnya untuk naik ke puncak. Ajajil yang menyamar sebagai kakek tua mengaku utusan Tuhan untuk menyerahkan permata Retnadumilah kepada Anwar. Dengan memasuki permata itu, Anwar dapat menyaksikan keindahan surga dan kengerian neraka.

Karena sifatnya yang tulus dan yakin, Anwar berhasil meraih cita-cita meskipun semula dibohongi oleh Harut dan Marut. Atas petunjuk Ajajil, selanjutnya Anwar berkelana ke arah timur dan sampai di Pulau Dewa. Pulau ini merupakan gabungan dua buah pulau bernama Lakdewa dan Maldewa. Di sana ia bertapa menghadap matahari pada siangnya, dan berendam di dalam air pada malamnya. Setelah tujuh tahun, Anwar berganti raga menjadi makhluk halus. Ia dipuja dan disembah oleh bangsa jin dan siluman di sekitar tempatnya bertapa.

Anwar kemudian menjadi dewa pertama yang bergelar Sanghyang Nurcahya. Ia membangun sebuah kahyangan indah yang melayang di atas puncak gunung tempat dirinya bertapa.

Pada suatu hari raja jin Pulau Dewa yang bernama Prabu Nurradi datang untuk menantang Sanghyang Nurcahya karena merasa tersaingi. Setelah bertarung adu kesaktian, Nurradi akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan seluruh kekuasaannya kepada Nurcahya. Putrinya yang bernama Dewi Nurrini juga diserahkan sebagai istri Nurcahya. Dari perkawinan itu lahir seorang putra berbadan halus, diberi nama Sanghyang Nurrasa.

Sanghyang Nurcahya menuliskan kisah hidupnya dalam kitab pusaka Pustakadarya yang tidak berwujud namun bisa berbunyi bila dipikirkan saja. Bersama dengan pusaka-pusaka yang lain (Tirtamarta Kamandanu, Lata Mahosadi, Cupu Astagina, dan Retnadumilah), kitab tersebut diwariskan kepada Nurrasa setelah putranya itu dewasa. Selanjutnya, Nurcahya pun bersatu ke dalam diri Nurrasa.




Kemunculan Sanghyang Wenang
Sanghyang Wenang
 

Setelah cukup lama berkuasa, Sanghyang Nurrasa menikah dengan Dewi Sarwati putri Prabu Rawangin raja jin Pulau Darma. Dari perkawinan itu mula-mula lahir dua orang putra tanpa wujud. Masing-masing hanya terdengar suaranya saja. Terdengar keduanya berebut siapa yang lebih tua.

Sanghyang Nurrasa kemudian mengheningkan cipta, masuk ke alam gaib. Dengan ketekunannya ia bisa melihat wujud kedua putranya itu. Yang bersuara besar berada di depan, dan yang bersuara kecil berada di belakang. Keduanya bisa terlihat setelah disiram dengan Tirtamarta Kamandalu. Nurrasa akhirnya menetapkan, bahwa yang di belakang lebih tua daripada yang di depan.

Putra bersuara kecil yang ada di belakang itu diberi nama Sanghyang Darmajaka, sementara putra bersuara besar yang ada di depan diberi nama Sanghyang Wenang. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2900 Matahari, atau tahun 2989 Bulan.

Beberapa tahun kemudian, Dewi Sarwati melahirkan seorang putra lagi, kali ini berwujud jin. Putra ketiga tersebut diberi nama Sanghyang Taya.

Setelah ketiga putranya dewasa, Sanghyang Nurrasa mewariskan semua ilmu kesaktiannya kepada mereka. Di antara ketiganya, Sanghyang Wenang paling berbakat sehingga terpilih sebagai ahli waris Kahyangan Pulau Dewa. Sanghyang Nurrasa kemudian turun takhta dan menyatu ke dalam diri Sanghyang Wenang.

Sama seperti kakeknya, Sanghyang Wenang juga gemar bertapa dan olah rasa. Segala macam tempat keramat ia datangi. Segala macam jenis tapa ia jalankan. Ia kemudian membangun istana melayang di atas Gunung Tunggal, sebuah gunung tertinggi di Pulau Dewa. Setelah 300 tahun bertakhta, ia akhirnya dipertuhankan oleh seluruh jin di pulau tersebut.

Pada saat itu hidup seorang raja bangsa manusia bernama Prabu Hari dari kerajaan Keling di Jambudwipa. Ia marah mendengar ulah Sanghyang Wenang yang mengaku Tuhan tersebut. Tanpa membawa pasukan ia datang menggempur Kahyangan Pulau Dewa seorang diri. Perang adu kesaktian pun terjadi. Dalam pertempuran itu Prabu Hari akhirnya mengakui keunggulan Sanghyang Wenang.

Prabu Hari kemudian mempersembahkan putrinya yang bernama Dewi Sahoti sebagai istri Sanghyang Wenang. Dari perkawinan itu lahir seorang putra berwujud akyan, yang diliputi cahaya merah, kuning, hitam, dan putih. Setelah dimandikan dengan Tirtamarta Kamandalu, keempat cahaya dalam tubuh bayi itu bersatu. Bayi tersebut kemudian menjadi sosok berbadan rohani yang memancarkan cahaya gemerlapan. Putra pertama Sanghyang Wenang itu diberi nama Sanghyang Tunggal. Peristiwa ini terjadi pada tahun 3500 Matahari.

Beberapa waktu kemudian Dewi Sahoti melahirkan bayi kembar dampit, laki-laki-perempuan, yang keduanya juga berwujud akyan, dengan diliputi cahaya gemerlapan. Keduanya kemudian dimandikan dengan Tirtamarta Kamandalu dan diberi nama oleh sang ayah. Yang laki-laki diberi nama Sanghyang Hening, sementara yang perempuan diberi nama Dewi Suyati.

Sementara itu kakak Sanghyang Wenang, yaitu Sanghyang Darmajaka juga sudah menikah. Istrinya bernama Dewi Sikandi, putri Prabu Sikanda dari Kerajaan Selakandi. Kerajaan ini terletak di Tanah Srilangka.

Dari perkawinan tersebut Sanghyang Darmajaka mendapatkan lima orang anak, yaitu Dewi Darmani, Sanghyang Darmana, Sanghyang Triyarta, Sanghyang Caturkanaka, dan Sanghyang Pancaresi.

Sanghyang Darmajaka kemudian berbesan dengan Sanghyang Wenang, yaitu melalui pernikahan Dewi Darmani dan Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal sendiri kemudian menjadi raja Keling, menggantikan sang kakek, Prabu Hari.


Anggepen bae Sejarah Pewayangan mau kuh pinangka nambah wawasan kula kabeh ning bidang budaya , pengambilane mbuh sing kitab apa....
tentang kebenaran kisah ? ya mbuh ...
lamun ana sing due kisah sing lengkap berikut referensi tulung pai weruh, kula...

Album Kenangan ...

Makan Bersama

Nayla Mahabbah Fillah ( Dede Nela )
Bos Dirma, Ustadz Suparih bakar etong 

Bos Waram, Aby Nayla, Ahyadin, Bukhori lagi pada nampang






Aby & Nayla

Tasyakuran JAMROH , bakar iwak
 
Dede Nayla - Hendri Suparih